Kamis, 16 Mei 2013

"Blase Boy" part 1



Pada bulan April, matahari musim semi bersinar hangat di langit yang biru. Kicau burung bersahut-sahutan menyambut gembira datangnya musim semi. Di musim semi yang ceria itu, masa-masa SMA-ku dimulai. Namaku Natsuki Shirakawa.
Kamarku di rumah, sampai sekarang tetap sama sarapan pagiku sampai sekarang tetap sama, tetapi ada sesuatu yang baru. Sesuatu yang ikut mendoakan kehiduupan baruku yang dimulai hari ini.
"Aku pergi!" pamitku lalu berlari dari hadapan Ayah yang sedang sarapan seorang diri.
Hari ini ada upacara penerimaan siswa baru. Dengan mengenakan seragam baru, aku pergi bersama Ibu yang sejak pagi sudah berdandan tebal.
Sambil menatap kelopak bunga sakura yang menari-nari, dengan hati penuh dengan luapan kegembiraan, aku membayangkan akan mendapat banyak teman, kenangan indah, dan pacaran. Tanpa sadar aku mulai berlari karena merasa gembira sekali.
“Natsuki, tunggu!” pekik Ibu sambil berlari mengejarku.
Tapi, aku tetap berlari dengan riang diatas kelopak bunga sakura yang berguguran dijalan. Sesampainya di sekolah, langkah kaki kuarahkan menuju ke lapangan olahraga bukan ke aula tempat upacara penerimaan siswa baru diadakan.
Lapangan olahraga itulah alasanku memilih sekolah ini karena saat mengunjungi sekolah ini liburan musim panas kelas tiga SMP, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Pemandangan kota tampak jelas dari lapangan olahraga yang membentang luas ini. Wangi angin yang bertiup lembut menghangatkan tubuh dan menenangkan jiwa.
Di sudut lapangan yang sepi ini ada sebatang pohon besar. Tas baru yang tergenggam ditangan langsung kulempar lalu mulai memanjat pohon itu dengan semangat. Sampai ketinggian dua meter, aku berhenti dan duduk disebuah dahan yang besar. Saat itu, aku seolah menjadi burung karena tubuhku seakan tersedot kea rah langit biru yang membentang luas didepan.
“Asyik!” teriakku dengan riang
“Sedang apa kamu diatas sana?!” tiba-tiba ada yang menegurku.
Pelan-pelan kuarahkan pandanganku kebawah. Tampaklah seorang pria usia 30-an sedang menengadah dan menatapku. Tatapan pria yang mungkin guru disini, menyadarkanku kalau tujuanku datang kesini untuk mengikuti upacara sekolah bukan memanjat pohon.
“Anak baru, ya? Siapa namamu?”
Tanpa membuang waktu, aku langsung turun.
“Natsuki Shirakawa.”
“Aku Hasegawa, guru olahraga disini. Nanti setelah upacara selesai, datanglah ke ruang guru!”
“Apa?! Tapi…”
“sekarang ccepat ke aula karena upacara akan dimulai!”
Pap Hasegawa segera berlari kea rah aula, sedangkan aku tetap berdiri mematung sambil menatap nanar kepergiannya.
Hatiku berkecamuk dan keringat dingin mulai membasahi kulit karena rasa takut akan dikeluarkan atau dimasukkan ke dalam daftar hitam sekolah. Peraturan sekolah ini memang terkenal sangat ketat, tetapi mungkinkah siswanya akan dihukum hanya karna memanjat pohon? Bayangan indah tadi pagi langsung buyar dalam sekejap.
“Natsuki!” panggil Ibu sambil mengelap keringat diujung hidungnya dengan sapu tangan dan berlari ke arahku.
“Natsuki, cepat sini! Sedang apa kamu ditempat ini?” Ibu memarahiku sambil memungut tas yang kulempar lalu mengapit sebelah tanganku. Mulutku terkatup rapat supaya tidak terlontar kejadian yang baru saja kualami.

“Natsuki!” panggil Mieko sahabat karibku sejak SMP sambil berlari-lari dan melambaikan tangan ketika aku hendak meninggalkan aula setela upacara selesai.
“Natsuki, kita sekelas lagi!”
“O ya?” balasku dengan malas.
Di tengah-tengah siswa yang bermuka ceria, hanya aku seorang yang muram. Padahal seharusnya hari ini kusambut dengan penuh kegembiraan.
“Natsuki? Ada apa? Mukamu kok seakan-akan bilang kalau dunia sudah berakhir?”
“Aku...”
Mulutku kembali kukunci. Sampai sebelum aku memanjat pohon, kegembiraan kami masih sama.
“Eh, nanti kita ke karaoke, yuk!” ajak Mieko yang selalu mendambakan datangnya hari ini.
“Aku harus ke ruang guru.”
Mieko melongo. Tanpa memperdulikan Mieko yang terheran-heran, aku segera berlari berkeliling mencari ruang guru di sekolah yang belum kukenal dengan baik ini.
Jantungku berdegup kencang melihat guru dan murid yang keluar masuk ruang. Meskipun tadi sudah tegar, begitu sampai di depan pintu ruang guru, mendadak kakiku terasa kaku. Aku menarik napas dalam-dalam.
“Haah...” helaku pelan lalu memegang handel pintu.
Tiba-tiba pintu terbuka dan di hadapanku muncul pria tadi.
“Pak Hasegawa?”
“Aku sudah menunggumu. Lho, kenapa wajahmu muram?” taanyanya sambil tersenyum.
“Pak, langsung bilang saja! Saya sudah siap,” jawabku dengan kesal.
Sambil menahan napas, aku menunggu jawabnya.
“Soal apa ya?”
“Soal tadi pagi.”
Pak Hasegawa tampak masih kebingungan.
“Sebenarnya apa hukuman untuk anak yang memanjat pohon? Saya sudah membaca buku peraturan sekolah dan disana tidak tertulis masalah ini, makanya saya jadi cemas.”
Mata Pak Hasegawa terbelalak menatapku yang tampak mau menangis.
“Bapak Cuma mau mengajakmu ikut klub atletik. Tadi waktu datang ke sekolah, Bapak melihatmu berlari-lari karena itu tiba-tiba terpikir mau mengajakmu masuk klub atletik.”
“Berarti?”
“Tapi waktu melihatmu memanjat pohon, tiba-tiba Bapak lupa.”
“O ya?!” pekikku kaget laju maju selangkah ke depan.
Cahaya terang seakan-akan bersinar di hadapanku.
“Seketat-ketatnya peraturan sekolah, tidak ada yang melarang siswa manjat pohon, kan?”
“Hore!!” teriakku lega lalu dengan riang berlari keluar.
“Oi, Natsuki! Tolong pertimbangkan ajakan Bapak tadi!”
Telingaku tidak menangkap ucapan Pak Hasegawa. Impianku yang sempat buyar tadi kembali mengembang dan bermandikan warna pelangi yang bersinar cerah.
Sesampainya di gedung sekolah, aku berhenti berlari lalu berbalik dan menatap gedung sekolah. Hembusan angin mempermainkankan rambutku.
“Senang berkenalan denganmu, sekolah!” sapaku tanpa sadar.
Hari-hariku selama tiga tahun kedepan akan kulewati disini.

Keesokan harinya, Mieko bertanya kepadaku.
“Natsuki mau ikut klub apa?”
Sambil makan bekal, aku dan Mieko membahas klub ekstrakurikuler. Hari ini dan besok kegiatan kami diisi dengan sistem kurikulum, klub, pemilihan ketua kelas, dan lain-lain. Tapi Cuma masalah pemilihin klub yang menjadi bahan pembicaraan siswa baru.
“Aku belum memutuskan.”
Selama SMP aku dan Mieko selalu menjadi manajer klub baseball, karna itu kami memikirkan lagi untuk menjadi manajer. Tidak membuat kami berkembang, tetapi hanya itu yang kubisa.
“Mieko sudah punya pilihan?”
“Aku mau jadi manajer lagi.”
“Manajer baseball?”
“Iya, tapi klub baseball sekolah ini payah. Kayaknya nggak seru ya? Natsuki mau ikut klub apa?”
“Belum tau. Mungkin klub atletik.”
:Eh, klub atletik?”
“Memangnya kenapa?”
“Nggak. Nggak apa-apa.”
Tiba-tiba aku teringat kalau kemarin diundang masuk klub itu. Tapi, kenapa akku? Jangan-jangan aku mau dijadikan manajer. Masa aku tampak seperti pekerja keras?
“Nanti setelah pulang sekolah, kita sama=sama lihat klub itu yuk!”
“Yuk!”
Sejujurnya aku tidak mau ikut klub itu, tapi selain itu tidak ada klub lain yang menarik perhatianku. Jadi, tidak ada salahnya kami melihat latihan mereka.
Sepulang sekolah siswa kelas satu berbondong-bondong pergi kelapangan olahraga untuk melihat kegiatan klub secara nyata.
“Natsuki!” seseorang memanggil namaku.
Aku langsung mencari-cari asal suara itu lalu pandanganku terhenti pada Pak Hasegawa yang sedang berlari-lari kearahku.
“Aku tau kau pasti datang!”
“Selamat siang, Pak. Kemarin, terima kasih.”
“Ayo kesini”
“Eh?”
“Sudah tenang saja. Kamu sangat disambut sini.”
“Sangat disambut? Itu bukan masalah, tapi.....”
Pak Hasegawa menuntun kami ke tempat klub atletik.
“Lho, bukannya Natsuki sudah memutuskan untuk masuk kub atletik?” goda Mieko yang membuntutiku di belakang sambil tersenyum lebar.
“Aku belum mutusin apa-apa”
“Jangan bilang begtu. Nanti kita sama-sama berjuang.”
Aku memelototi Mieko karna tidak mengerti maksud ucapannya itu.
“Pak guru!” panggil Mieko sambil berlari mendekati Pak Hasegawa.
“Aku, Mieko Taniguchi tertarik jadi manajer klub atletik ini”
“Mieko! Jangan semudah itu bikin keputusan!”
“Aku Hasegawa, pelatih klub atletik ini. Permintaanmu kukabulkan”
“Terima kasih”
Mieko dan Pak Hasegawa saling bertatapan.
“Chisa!”
Seorang gadis kyang tampak dewasa, berlari kecil ke arah kami begitu dipanggil Pak Hasegawa sambil menggenggam notes dan stopwatch.
“Ini adalah Chisa, murid kelas dua, manajer klub kami.”
“Chisa Ezaki. Senang berkenalan dengan kalian.” Sapanya sambil tersenyum kepada kami.
Usianya mungkin hanya setahun lebih tua dari kami, tapi pembawaannya tenang.
“Mereka anggota baru, Natsuki dan Mieko.”
Aku terkejut mendengar ucapan Pak Hasegawa.
“Pak, aku belum...”
“Sudah, jangan sungkan-sungkan. Bukannya tadi Mieko bilang mau sama-sama berjuang? Ya kan, Mieko?”
“Iya. Natsuki sudah mau kan?” Mieko mendukung Pak Hasegawa.
“Tapi....”
“Kalau sudah melangkah, sia-sia kalau ditarik lagi.” Ujar Pak Hasegawa memotong ucapanku.
“Hah?” aku tidak mengerti ucapannya.
“Tolong ajarkan Natsuki jarak pendek dan Mieko pekerjaan manajer.” Pinta Pak Hasegawa kepada Kak Chisa.
Jarak pendek? Kalimat itu terus berputar-putar dibenakku. Aku bukan manajer? Karena kaget sekali, aku tidak mampu berkata sepatah kata pun. Aku hanya meminta Mieko untuk meminta bantuan, tapi....
“Pak Hasegawa umurnya berapa? Sudah menikah? Atau masih bujangan?”
Mieko dengan antusias terus menanyakan tetang Pak Hasegawa dan masalah diluar klub.
“Chisa, mereka berdua belum apa saja yang ada di klub ini. Jadi, tolong ajari mereka ya. Supaya besok Natsuki bisa ikut latihan, tolong ajarkan soal waktu dan spike.” Pak Hasegawa segera mengganti topik pembicaraan.
“Baik. Saya mengerti/”
“Selanjutnya masalah ini kuserahkan padamu!”
Tanpa memperdulikan aku yang masih terkejut, Pak Hasegawa kembali ke arena latihan.
“Latihan dimulai jam empat setelah pulang sekolah dan berakhir antara jam enam sampai jam tujuh. Porsi latihan selalu beda, tergantung harinya.”
Kak Chisa menjelaskan kegiatan klub dengan sabar. Mulai dari jam latihan, tipe-tipe latihan smapai masalah turnamen.
Penjelasan Kak Chisa itu menarik perhatianku, tetapi aku tidak yakin bisa melakukan semua itu karena sampai sekarang aku Cuma berolahraga saat jam pelajaran olahraga.
Selain itu, di sekolah ini ada klub olahraga dan kesenian sebanyak 30 klub! Hidupku disekolah ini sampai tiga tahun! Jadi aku ingin memutuskan ikut klub mana setelah satu per satu melihat semua klub.
“Ehm” aku segera mengangkat kepala untuk mengatakannya. Tetapi....
“Lho, Kak Chisa mana?”
“Tadi dipanggil anggota klub. Itu disana.” Jawab Mieko menunjuk keseberang. Rupanya waktunya tidak tepat.
“Mieko, yakin?”
“Yakin apa?”
“Kok apa? Kamu yakin mau masuk klub atletik?”
“Soalnya Pak Hasegawa adalah tipeku!”
Aku mendengus.. Sudah kuduga..
“Kelak kalau kamu menyesal, aku nggak tanggung jawab!” hardikku.
Tiba-tiba mataku bertatapan dengan seorang cowok yang berdiri mematung tanpa melakukan latihan di sudut lapangan.
Deg! Mendadak aku berdebar-debar. Cowok itu bertubuh tinggi, tegap tidak bungkuk, dan sorot matanya seakan-akan menyedotku dengan kuat.
Deg, deg! Jantungku berdebar kencang dan atapan mataku tidak bisa berpaling darinya.
Duaarr!! Pistol tanda perlombaan dimulai meletus.
“Natsuki, kenapa?” suara Mieko menyadarkanku.
“Kak Chisa, siapa cowok itu?” tanyaku ketika Kak Chisa kembali.
“Oh, itu Shu. Dia juga murid kelas dua, atlet lompat galah.”
“Termasuk klub atletik?”
“Iya. Ngomong-ngomong ada apa ya?”
“Eh, nggak apa-apa.”
Kak Chisa menatapku dengan curiga. “Shu punya kekuatan yang bagus, bahkan tahun lalu dia berhasil membuat rekor, tapi...”
“Tapi?” tanyaku antusias.
“Belakangan ini dia nggak rutin latihan. Mungkin punya banyak masalah. Kira-kira tahun ini apa jadinya dia, ya?”
Penjelasan Kak Chisa membuat aku penasaran sehingga akhirnya aku membuat keputusan. “Aku ikut klub ini!”
“Lho?! Kenapa kamu tiba-tiba begini?” tanya Mieko dengan mata terbelalak lebar lalu menatapku lekat-lekat dengan riang,
“Jangan-jangan Natsuki juga....?”
“Iya!”
Kami saling bertatapan dan tersenyum penuh arti.
“Padahal tadi barusan bilang kalau kelak akan menyesal, aku nggak bertanggung jawab.”
“Oh ya? Tapi kalau nggak dioba, nggak akan pernah tau kan?”
“Sudahlah, aku lagi senang.”
“Hahahaha... Jangan bilang begitu. Sekarang ayo kita berjuang sama-sama.”
Aku sendiri tidak mengerti perasaan yang sedang ku alami sekarang ini. Hanya satu hal yang pasti, Kak Shu yang menyebabkan aku memutuskan masuk klub atletik ini.

To be continue.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar